Analisis Sosial Berkaitan Dengan Trauma KDRT Pada Anak Terhadap Sikap

Sikap merupakan konsep paling penting dalam psikologi sosial. Pembahasan berkaitan dengan psikologis sosial hampir selalu menyertakan unsur sikap baik setiap individu atau kelompok sebagai salah satu bagian pembahasannya. Sikap pada awalnya diartikan sebagai unsur untuk munculnya suatu tindakan dan cenderung merupakan tingkah laku.
D.Krech dan R.S Crutchfield (dalam Sears, 1999) berpendapat bahwa sikap sebagai organisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional , emosional, perseptual, dan kognitif mengenai aspek dunia individu. Dapat disimpulkan bahwa sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.
Dalam pembahasan analisis sosial ini menjelaskan tentang bagaimana trauma mempengaruhi sikap seseorang. Trauma adalah pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan, yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan. Pengalaman –pengalaman yang traumatis dapat juga menyebabkan terbentuknya sikap.
Dalam analisis kasus masalah yang akan dibahas, pembahasannya mengenai kasus KDRT yang mempengaruhi sikap anak.
Perkembangan Psikopatologi Dalam Trauma KDRT Pada Anak 
Anak-anak yang tinggal dalam lingkup keluarga yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) memiliki resiko yang tinggi mengalami trauma atas pengalaman menyaksikan kekerasan, bahkan juga akhirnya turut menjadi korban penganiayaan. Pengalaman menyaksikan, mendengar, mengalami kekerasan dalam lingkup keluarga dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh negatif pada keamanan, stabilitas hidup dan kesejahteraan anak. 
Anak-anak yang menjadi saksi peristiwa kekerasan dalam lingkup keluarga atau korban KDRT secara tidak langsung juga dapat mengalami gangguan serius dalam perkembangan, mental dan emosional, perilaku, kesehatan, dan kemampuan akademisnya di sekolah. Penting untuk dipahami bahwa  kekerasan dalam rumah tangga pada anak dapat menimbulkan berbagai persoalan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka pendek seperti: ancaman terhadap keselamatan hidup anak, merusak struktur keluarga, munculnya berbagai gangguan mental, sedangkan dalam jangka panjang memunculkan potensi anak terlibat dalam perilaku kekerasan dan pelecehan di masa depan, baik sebagai pelaku maupun korbannya.
Trauma menyaksikan dan atau mengalami KDRT dapat mempengaruhi berbagai dimensi kehidupan anak dan manifestasinya dapat terjadi secara khas di masing-masing tahapan perkembangan. Jika trauma terjadi dalam periode yang cukup lama, maka efeknya juga akan semakin buruk atas perkembangan anak; bahkan efek tersebut dapat terus mempengaruhi hingga masa dewasanya.
Dapat disimpulkan bahwa efek negatif KDRT tidak terjadi secara langsung pada saksi KDRT balita melainkan pengaruhnya tidak langsung melalui hubungan kelekatan antara balita dan pengasuhnya. Ibu yang menjadi korban KDRT akan mengalami keadaan emosional yang negatif dan mendalam (emosi sedih, marah), hal ini membuat ibu kesulitan menyediakan kebutuhan emosi keamanan dan kenyaman yang konsisten bagi anak karena mereka sibuk dengan mengelola emosi negatif yang mereka alami sebagai korban KDRT. Terbagi di antara rasa sedih, marah dan takut dengan tuntutan memberikan rasa nyaman dan aman bagi anaknya. Jika orang tua gagal memberikan dukungan emosional bagi balitanya, maka akibatnya kelekatan antara orang tua-anak menjadi lemah. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengapa Bimbingan Dan Konseling Jarang Ditemukan Di Sekolah Dasar?

Bagaimana Cara Guru BK Menangani Siswa Yang Suka Bolos?

Kearifan Lokal Tradisi Ngeropok Panjang Maulud